Pada tahun 1994, untuk menunjukkan
keuntungan-keuntungan dari pemerintahan komunis, pemerintah Cina mengundang
pemanufaktur mobil seluruh dunia untuk membuat rencana desain mobil untuk
memenuhi kebutuhan populasinya yang padat. Satu gelombang kekayaan baru
tiba-tiba menciptakan sejumlah besar keluarga kalangan menegah Cina dengan
cukup uang untuk membeli dan merawat mobil pribadi. Cina siap bekerja sama
dengan perusahaan-perusahaan asing untuk menciptakan dan mengoperasikan
pabrik-pabrik mobil di wilayahnya. Pabrik-pabrik ini tidak hanya memproduksi
mobil untuk persediaan pasar internal Cina, namun juga membuat mobil-mobil
untuk ekspor ke luar negeri dan yang pasti mampu menghasilkan ribuan lapangan
kerja baru.
Pemerintah Cina mensyaratkan bahwa mobil baru yang
akan diproduksi harganya harus lebih dari $5000, berukuran kecil, cukup untuk
keluarga dengan satu anak, cukup kuat untuk bertahan melewati jalanan Cina yang
terbilang kurang baik, tidak hanya menghasilkan polusi, menggunakan suku cadang
yang sebagian besar buatan Cina, dan diproduksi melalui perjanjian kerja sama
antara Cina dengan perusahaan asing. Para ahli mengantisipasi bahwa
pabrik-pabrik baru ini tidak akan banyak menggunakan otomatisasi, namun
menggunakan teknologi padat karya agar bisa memanfaatkan tenaga kerja Cina yang
murah.
Pasar Cina merupakan peluang yang sangat baik bagi
General Motors, Ford, dan Chysler, serta perusahaan-perusahaan mobil terkemuka
di Jepang, Eropa, dan Korea. Dengan populasi 1,2 miliar jiwa dan dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi tahun hampir dua digit, Cina memperkirakan bahwa dalam 40
tahun ke depan, antara 200 sampai 300 juta kendaraan bermotor akan dibeli oleh
warga Cina.
Namun demikian, kalangan pecinta lingkungan menentang
keinginan pemanufakturan mobil untuk menjawab panggilan pemerintah Cina.
Menurut mereka, pasar energy dunia, khususnya minyak, sebagian besar didasarkan
pada fakta bahwa Cina, dengan populasinya yang besar, menggunkan tingkat energi
yang relatif sedikit. Pada tahun 1994, konsumsi minyak per individu di Cina
hanya seperenam Jepang, dan seperempat Taiwan. Jika konsumsi di Cina naik hanya
dalam tingkat sedang sekalipun seperti tingkat konsumsi di Korea Selatan, maka
Cina akan mengkonsumsi dua kali jumlah minyak yang dikonsumsi Amerika Serikat.
Saat ini, Amerika mengkonsumsi seperempat persediaan minyak tahunan dunia, dan
sekitar separuhnya diimpor dari negara lain.
Seberapa pun bebas-polusinya deain mobil baru
tersebut, pengaruh kumulatif terhadap lingkungan dari semakin banyaknya mobil
di dunia tidak akan bisa dihindari. Bahkan mobil-mobil bebas polusi
menghasilkan karbon dioksida saat pembakaran bahan bakar, sehingga otomatis
semakin memperburuk pengaruh rumah kaca. Para teknisi menyatakan bahwa akan
cukup sulit, jika tidak bisa dikatakan tidak mungkin, untuk memproduksi mobil
bebas-polusi seharga di bawah $5000. Konverter catalytic saja, yang bertugas
menekan polusi, harganya $200 per mobil. Sebagai tambahan, pengilangan minyak
Cina di desain untuk menghasilkan bensin dengan kadar timah yang tinggi. Dan
untuk mengubahnya agar bisa memproduksi bensin dengan kadar timah yang rendah
diperlukan investasi yang kemungkinan besar tidak ingin dilakukan oleh
pemerintah Cina.
Sebagian perusahaan mobil mempertimbangkan membuat
desain mobil listrik karena Cina memiliki cadangan batu bara yang melimpah dan
bisa dipakai untuk menghasilkan listrik. Pembangunan sistem pembangkit listrik
seperti ini juga memerlukan investasi raksasa yang kemungkinan besar juga tidak
diminta pemerintah Cina. Lebih jauh lagi, karena batu bara termasuk bahan bakar
fosil, maka mengganti mobil berbahan bakar minyak dengan mobil listrik namun
menggunakan pembakaran batu bara, tetap saja akan menghasilkan jumlah karbon
dioksida yang cukup besar ke atmosfer.
Banyak pejabat pemerintah yang juga menghawatirkan
implikasi-implikasi politik setelah Cina menjadi konsumen minyak terbesar
dunia. Jika Cina menambah konsumsi minyak, maka mereka harus mengimpor semuanya
dari negera-negara eksporter minyak dunia, dan ini membawa risiko-risiko
politik, ekonomi, militer yang lumayan besar. Banyak pejabat yang menghawatirkan
kalau-kalau Cina nanti akan menjual senjata untuk membeli minyak dari Iran dan
Irak, yang dalam hal ini akan memperbesar risiko terjadinya konfrontasi
militer. Pendek kata, karena persediaan minyak dunia terbatas, kenaikan
permintaan kemungkinan besar akan menaikan potensi konflik.
Analisis:
Dari
kasus ini, pendekatan yang paling baik menurut kami adalah biaya dan
keuntungan. Teknologi pengendalian polusi berhasil mengembangkan metode-metode
yang efektif, namun biaya yg diperlukan relatif mahal. Teknik pengendalian
polusi udara termasuk penggunaan bahan bakar dan prosedur pembakaran yang lebih
bersih menggunakan filter atau penyaring polusi. Namun, ada kemungkinan para
produsen mobil tersebut melakukan investasi terlalu besar untuk perlatan
pengendalian polusi. Biaya dari kerugian yang diakibatkan dari bahan pencemar
ini sangat tinggi.
Kesimpulan:
a. Jika dilihat dari sudut pandang etika,
perusahaan-perusahaan mobil dunia menyerahkan rancangan mobil mereka ke Cina
merupakan sesuatu yang tidak bisa dipandang sebagai hal yang salah. Hubungan
antara dua atau beberapa pihak yang sehat, pada dasarnya asas saling memberi
dan menerima (take and give) harus berupaya diwujudkan.
b. Pendekatan yang paling baik adalah biaya dan
keuntungan. Tekonologi pengendalian polusi berhasil mengembangkan metode-metode
yang efektif, namun biaya yg diperlukan relatif mahal. Teknik pengendalian
polusi udara termasuk penggunaan bahan bakar dan prosedur pembakaran yang lebih
bersih menggunakan filter atau penyaring polusi. Namun, ada kemungkinan para
produsen mobil tersebut melakukan investasi terlalu besar untuk perlatan
pengendalian polusi.
c. Tindakan intervensi merupakan tindakan yang wajar
apabila suatu negara seperti Amerika Serikat guna membantu keberhasilan upaya
perusahaan asal negara yang melakukan kerja sama ekonomi di luar negeri, dalam
hal ini negara Cina. Karena setiap negara pada dasarnya selalu ingin
memperjuangkan kepentingannya dan memperoleh keuntungan politis dan ekonomi
dalam hubungannya dengan negara lain dan hendaknya diupayakan agar terlihat
sebagai hal yang bukan sebagai intervensi, sehingga tetap terkesan elegan di
mata dunia internasional.
d. Berdasarkan kasus diatas dapat dikatakan bahwa kasus
ini berhubungan dengan metode ilmiah, karena kasus tersebut mempunyai data dan
fakta.
sumber: http://feelinbali.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar